Entri yang Diunggulkan

[Announcement] Pembukaan Cabang di Pahoman, Kec. Enggal, Bandar Lampung

Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh Insya Allah mulai hari Senin, tanggal 29 Agustus 2016, Rumah Balita Cendekia (RBC) men...

Rabu, 26 April 2017

Bersiap 1821 Bersama Ananda Tersayang

Delapan Belas Dua Puluh Satu


Oleh: Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari

Fasilitator Pelatihan Orangtua di 25 Propinsi 7 Negara | www.auladi.net


Penulis Buku Best Seller "Sudahkah Aku Jadi Orangtua Shalih"

“Anak saya rusak gara-gara terpengaruh temannya!”. “Anak saya kena narkoba gara-gara terpengaruh si Aziz temannya!”. “Anak saya jadi membangkang gara-gara sejak bergaul dengan si Anu!” Pernah dengar perkataan orangtua seperti ini? Orangtua yang menyalahkan lingkungan pergaulan atas perilaku anaknya yang bermasalah?


Ayah Ibu, ketahuilah anak-anak bermasalah seperti itu memang bermasalah karena pengaruh pergaulan atau temannya. Tetapi itu sebenarnya hanya akibat, bukan penyebab utama. Lalu siapa penyebab utamanya? Ya orangtualah!


Anak-anak itu sejak 0 tahun lebih duluan kenal orangtua atau temannya? Orangtuanya kan? Lebih lama hidup dengan orangtua atau temannya? Orangtuanya kan?! Jadi karena orangtua lebih duluan kenal anak, lebih lama hidup dengan anak, daripada dengan teman-temannya, maka menurut Anda pengaruh siapa yang seharusnya lebih besar? Orangtua atau teman? Tentu orangtua bukan?


Jadi, jika ada anak lebih terpengaruh teman bukan terpengaruh orangtua, tandanya apa? Tandanya orangtua tak memberikan pengaruh. Mending jika pengaruh temannya positif, bagaimana jika pengaruh temannya negatif?


Musibah.


Ini tidak berarti anak yang lebih terpegaruh teman, orangtuanya tidak mempegaruhi. Saya yakin sebagian besar orangtua yang anak bermasalah di dunia sudah mencoba mempengaruhi anak. Tapi pengaruhnya tidak masuk! Kenapa tidak masuk? Karena sebagian orangtua memberikan pengaruh pada anak, pendekatannya tidak tepat!


Seperti gelas yang terus diisi air terus menerus. Jika isi air tidak pernah dikeluarkan apa yang akan terjadi dengan gelas, jika gelas itu terus diisi air? Tumpah kan? Jika tumpah artinya air ini masuk tidak ke dalam gelas? Karena gelasannya kepenuhan. Bayangkan jika gelas itu anak dan air itu adalah “pesan-pesan” kebaikan orangtua.


Jadi lingkungan pergaulan itu sebenarna tak berpengaruh ya terhadap perkembangan anak? Saya tidak mengatakan itu! Pengaruah lingkungan pergaulan anak menjadi kecil atau besar bergantung seberapa “masuk” pengaruh orangtua yang diterima anak.


Andaikan isi gelas itu 100% maka tinggal dihitung saja, jika pengaruh orangtua lebih banyak yang masuk maka otomatis pengaruh lingkungan pergaulan akan kecil. Tetapi sebaliknya, jika pengaruh orangtua lebih sedikit maka otomatis pengaruh lingkungan pergaulan anak akan memiliki pengaruh lebih besar.

Bagaimana agar anak lebih terpengaruh orangtua bukan terpengaruh oranglain? Apalagi lingkungan pergaulan yang buruk?


Ada banyak yang harus dilakukan orangtua di rumah. Saya menjelaskan panjang lebar dalam kelas-kelas pelatihan orangtua yang saya selenggarakan di banyak perusahaan dan sekolah. Tapi saya di sini ingin mengungkapkan salah satu saja: berikan waktu anda untuk anak!


Ada banyak waktu baik untuk kita bisa mempengaruhi anak kita, sebelum anak kita dipengaruhi orang lain. Waktu terbaik pertama adalah saat di pagi setelah subuh sampai menjelang berangkat kerja bisa jadi adalah waktu terbaik untuk mereka, terutama untuk para ayah yang bekerja. Jika di siang hari jelas orangtua tidak bisa mendampingi karena tengah di kantor atau menjalankan tugas kerja di lapangan. Di sore hari bisa jadi malah menjadi sisa: tenaga sisa, waktu sisa! Apakah yakin bisa optimal? (tulisan ini sudah dijelaskan panjang lebar di tulisan saya yang lain dengan judul “Quality Time di Pagi Hari”).


Waktu di pagi hari adalah waktu yang sebaiknya kita berikan untuk anak kita setiap hari, tanpa harus menunggu akhir pekan saat hari libur tiba. Jika hanya saat ibur kita 2 hari kita berikan dan kerja 5 hari tidak, jangan-jangan anak kita 5 hari terpengaruh orang lain, hanya 2 hari terpengaruh kita? Rugi dong! Mending jika yang mempengaruhinya adalah pengaruh baik dari sekolah atau teman pergaulan yang baik, lah kalau tidak?


Waktu terbaik kedua adalah antara jam 18 sampai jam 21 malam. Karena itu saya berikan judul tulisan ini adalah DELAPAN BELAS DUA PULUH SATU.


Mengapa DELAPAN BELAS DUA PULUH SATU?


Pertama, waktu itu adalah waktu dimana sebagian besar anggota keluarga biasanya berkumpul. Saat di siang hari, Salah satu orangtua (ayah atau ibu) atau mungkin keduanya sedangkan bekerja. Atau anak-anak juga sekolah untuk yang sudah sekolah. Sore hari? Biasanya anak-anak masih merasa kelelahan, demikian juga orangtua. Maka waktu antara magrib sampai menjelang tidur adalah menjadi pilihan.


Kedua, saat bangun tidur dan hendak tidur, adalah waktu dimana gelombang otak anak dalam keadaan santai. Orang-orang yang mengkaji neurologhy biasanya menyebut dengan sebutan gelombang alpha. Saat mau tidur dan bangun tidur, biasanya tubuh anak dalam keadaan tenang, pikiran pun mengikuti keadaan tubuhnya, tenang. Maka nilai-nilai orangtua yang akan ditembakkan pada anak saat momen ini bisa menjadi salah satu momen terbaik untuk mempengaruhi hidup anak.


Ketiga, sebenarnya orangtua kita jaman dulu, sebelum tahun 90-an masuk tv swasta ke rumah-rumah, jauh sebelum ada internet, tanpa sadar, sudah melakukan praktik ini. Betapa tidak, semua anggota keluarga setelah magrib benar-benar kumpul bersama, melakukan kegiatan yang sebagian besar dapat mengakrabkan mereka. Lah bagaimana lagi, hiburan "penganggu" semacam tv, internet, hape belum ada. Maka, mereka dapat menikmati secara optimal nikmatnya berkeluarga. Anak-anak pun terurus, "kompetitor" selain orangtua untuk memberikan pengaruh pada anak sedikit, orangtua memiliki peluang lebih banyak pula untuku menyediakan waktu. Maka koplah! Sebagian besar anak-anak yang hidup di jaman itu, seadanya dibesarkan tanpa ilmu "parenting" pun insya Allah tidak ada masalah. Tapi jaman sudah berbeda bukan?


Di rumah saya, sekeluarga makan malam itu dibiasakan sebelum magrib, jika pun setelah magrib, makan malam tidak boleh hanya dilewatkan sebagai rutinitas makan tapi juga tempat bercengkram: bercerita atau ngobrol. Maka makan malam pun jika mau, bisa menjadi bagian DELAPAN BELAS DUA PULUH SATU. Waktu dimana ada banyak kelapangan antaranggota keluarga saling berinteraksi dan mempengaruhi.


Setelah sholat magrib yang wajib berjamaah (anak laki-laki di masjid) dan anak perempuan di rumah. Selama 2-3 jam selanjutnya ada banyak kegiatan BERSAMA yang dapat dilakukan. Yang menjadi SOP (standar) wajib pertama adalah tadabbur Qur’an. S1 wajib membimbing S2 (lima anak saya semuanya berawal dari huruf “s” jadi kami sering menyingkat s dengan urutan angka) . S2 membimbing S3. S4 dan S5 belum diberikan kesempatan belajar. Sedangkan S1 dibimbing ayahnya atau ibunya.


Orang-orang mungkin menyebutnya dengan sebutan MAGRIB MENGAJI. Untuk soal ini kami bersikukuh harus orangtuanya yang membimbing, bukan “outsourcing” kepada yang lain. Bahwa anak-anak juga belajar di sekolahnya, itu kami anggap sebagian bantuan penting.


Jika masih ada waktu menjelang isya, kami bebaskan anak-anak untuk bermain dengan saudaranya. (kecuali anak yang besar yang sibuk yang membuat saya sedih “karena dia terus berkutat dengan buku-buku latihan soalnya, menjelang ujian).


Sop wajib kedua sepanjang DELAPAN BELAS DUA PULUH SATU adalah bercerita, mendongeng atau berkisah. Biasanya dilakukan setelah sholat Isya agar waktunya panjang. Bisa ngarang sendiri, bisa baca dari buku-buku yang ribuan buku sudah tersedia di rak-rak yang memenuhi rumah, bisa dari internet, bisa dari cerita yang didapatkan waktu kita kecil. Kadang mempelajari isi dan makna ayat dibalik ayat yang anak-anak baca (tinggal buka tafsirnya yang sudah tersedia).


Kegiatan ketiga, tambahan selama DELAPAN BELAS DUA PULUH SATU adalah pilihan dari ngobrol, diskusi dan cerita soal kegiatan-kegiatan mereka dari pagi sampai sore yang santai atau bermain dengan anak. Yang bikin senyum, yang bikin ketawa. Anak-anak wajib cerita 1 cerita/kegiatan agar jadi pembiasaan untuk komunikasi terbuka (curhat) atau memilih permainan dengan orangtua.


Kegiatan keempat sepanjang DELAPAN BELAS DUA PULUH SATU adalah MENGERJAKAN TUGAS TERAKHIR. Dalam rangka mengembangkan “respect and responsibility” di rumah sejak usia 7 tahun anak-anak saya wajib dilatih mengembangkan 12 kompetensi sederhana di rumah yang akan berguna untuk dirinya sendiri kelak di masa depan. Diantara 12 kompetensi itu salah satunya adalah terampil terlibat dalam kegiatan rumah tangga. Hasil “syuro” anak-anak sendiri yang saya ingat ini tugas mereka:

S1: membereskan meja makan, membereskan sepatu/sandal di luar rumah, mencuci piring sore Jum’at-Minggu

S2: membereskan mainan, mengunci pagar dan pintu depan, mematikan lampu-lampu, mencuci piring sore Selasa-Kamis

S3: membereskan buku-buku, menyiapkan air putih untuk setiap kamar (agar tak perlu ke dapur jika terbangun tengah malam kehausan).


Membangun kemandirian dan tanggung jawab tidak dapat dilakukan setahun dua tahun apalagi sehari dua hari. Ini membutuhkan waktu tidak sebentar.


Maka mumpung mereka masih hidup dengan saya, hadir di dekat saya, saya harus membimbing mereka untuk setidaknya bertanggung jawab setidaknya pada dirinya sendiri. Syukur-syukur kepada orang lain. Jika anak sudah bertanggung jawab pada dirinya sendiri, setidaknya jika tidak bermanfaat untuk orang lain, saya berharap anak saya tidak menyusahkan hidup orang lain. Semoga.


Meski memiliki asisten rumah tangga, tidak menghalangi saya untuk melatih anak-anak saya melakukannya. Saya tidak mau anak-anak saya "dilemahkan" hanya gara-gara kehadiran asisten rumah tangga. Bahkan di rumah saya, anak-anak "diharamkan" meminta bantuan asisten rumah tangga untuk hampir semua urusan sepanjang mereka dapat melakukannya sendiri. Saya sering bilang "Bibi sama Mang supir kerja sama Abah Umi, digaji sama Abah Umi, bukan sama kalian. Maka kalian tak berhak untuk memerintah Bibi dan Mang." Mereka diperbolehkan meminta bantuan dengan syarat: pekerjaan tidak bisa mereka lakukan sendiri, meminya izin abah ummi, meminta dengan sopan "boleh minta tolong?"


Jadi, jika disingkat, kegiatan DEPALAN BELAS DUA PULUH SATU itu hanya ada tiga: BELAJAR-MAIN-NGOBROL alias BMN (termasuk bagian ngobrol adalah bercerita).


Satu hambatan harus disingkirkan agar pengaruh kita benar-benar serius masuk menjadi fikroh anak yaitu kompetitor kita di rumah yang jaman dulu orangtua kita tidak menghadapinya: gadget dan segala jenis barang elektronik.

Bukti keseriusan, pada saat DELAPAN BELAS DUA PULUH SATU, terapkan no gadget (no bbm, no facebook, no intetnet) no tv! Turn off all that stuff! Boleh buka barang itu setelah Lewat DELAPAN BELAS DUA PULUH SATU yaitu ketika anak-anak sudah tidur. Berani?!