Entri yang Diunggulkan

[Announcement] Pembukaan Cabang di Pahoman, Kec. Enggal, Bandar Lampung

Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh Insya Allah mulai hari Senin, tanggal 29 Agustus 2016, Rumah Balita Cendekia (RBC) men...

Minggu, 28 Agustus 2016

[Announcement] Pembukaan Cabang di Pahoman, Kec. Enggal, Bandar Lampung

Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

Insya Allah mulai hari Senin, tanggal 29 Agustus 2016, Rumah Balita Cendekia (RBC) mengoperasikan cabang RBC di daerah Pahoman.

Alamat
Jl. Way Sekampung no. 59, Kelurahan Pahoman, Kec. Enggal, Kota Bandar Lampung

Jadwal operasional
Senin - Jum'at, pk. 07.00 s/d 17.00

Kontak
Bunda Riri Heryani: 081373020950

Kamis, 25 Agustus 2016

Ketika Bayi atau Balita Kita Menangis


Menangis bagi bayi dan balita adalah ungkapan bentuk protes atas ketidaknyamanan yang timbul dari faktor pengganggu dalam diri ataupun dari luar.

Menurut Abah Ihsan Ibnu Bukhari, pimpinan Auladi Parenting School, di salah satu sesi pelatihan PDA (Pelatihan Disiplin Anak) di Bandar Lampung beberapa tahun yang lalu, ada beberapa penyebab normal bayi dan balita menangis. Diantaranya adalah
  1. Lapar dan haus
  2. Kepanasan dan kedinginan
  3. Merasa sakit pada tubuh bagian luar atau dalam
  4. Buang air kecil atau besar
  5. Mengantuk
  6. dll
JIka faktor pengganggu itu berhasil dihilangkan, maka bayi dan balita semerta-merta akan berhenti menangis.

Namun, apa yang terjadi apabila bayi dan balita menangis merengek bukan karena faktor di atas melainkan karena "UNJUK RASA"?

Ayah Ibu yang budiman,
Mungkin ada beberapa diantara kita yang pernah menjadi aktivis ketika masih berusia pelajar dan mahasiswa, dan pernah melakukan demonstrasi atau unjuk rasa kepada pemerintah yang berwenang melakukan pengabulan atas tuntutan rakyat. Nah, seperti itulah yang dilakukan oleh bayi dan balita kita ketika mereka menginginkan sesuatu namun merasa dipersulit atau dilarang oleh orang tua.

Ketika kita sedang jalan-jalan ke mini market kemudian anak kita meminta, misalnya permen, namun kita melarangnya atau tidak memperbolehkannya untuk jajan permen, maka usaha UNJUK RASA pertama yang ia lakukan adalah merengek. Jika si anak merasa tidak berhasil, maka ia mulai mengembangkan metode UNJUK RASA dengan mulai menangis. Bagi anak yang terlatih untuk mengembangkan metode, mereka biasanya akan mulai memanipulasi orang tua agar merasa malu dengan sesama pengunjung mini market dengan cara berteriak, mengacak-acak, berguling-guling, dan beragam usaha Happening Art UNJUK RASA lainnya.

Bagaimana cara meredam unjuk rasa anak kita ketika dirasa sudah sangat mengganggu?

Menurut Abah Ihsan Ibnu Bukhari, kita sebagai orang tua wajib mendengarkan unjuk rasa mereka, namun harus tetap tegas untuk mengatakan tidak jika memang tidak diperbolehkan untuk jajan. Jika kita berubah pendapat, anak akan mendapatkan celah untuk mengulangi UNJUK RASA mereka di kesempatan lain dengan metode yang lebih berkembang.

Menangis merupakan cara yang termudah untuk "menggetarkan hati" orang tua untuk membuat orang tua mengabulkan keinginan anak. Jika anak merasa dengan menangis maka keinginannya akan dikabulkan, maka anak akan membiasakan diri untuk menangis. Namun jika tidak berhasil, maka anak akan menggunakan cara lain seperti mengacak, melempar, berguling, dan lainnya.

Ayah Ibu yang baik,
Semoga dengan sedikit tulisan ini dapat memberikan inspirasi bagi kita semua, para orang tua yang menginginkan anak-anaknya menjadi anak yang sholeh dan baik.

*Ditulis oleh Muhtar Gani

Selasa, 02 Agustus 2016

Membentuk Karakter Anak

Sering kita beranggapan ketika anak masih berusia balita itu belum dapat diatur dan belum bisa mengikuti peraturan. Dan sering kali kita melihat para orang tua membawa balita bertamu atau memenuhi undangan suatu acara. Kemudian si anak berlari-lari di dalam rumah, naik meja, mengambil makanan yang hanya digigit sedikit kemudian dikembalikan lagi ke wadahnya, makan dengan tangan kiri, minum sambil berdiri, atau perilaku tidak sopan lainnya. Dan pada akhirnya kita mendengar ucapan tanpa sengaja dari kita atau orang tuanya, "Biarkan saja. Namanya juga anak-anak.”

Lalu kapankah kita akan mengajarkan akhlak baik kepada anak kita? Apakah harus tunggu masuk SD, SMP, SMA, atau nanti juga dia akan tahu mana yg baik dan tidak?

Ayah bunda yang kami cintai, menurut pakar pendidikan pengasuhan Irwan Rinaldi, dasar pembentukan karakter manusia untuk seumur hidupnya terletak di usia 0-10 tahun. Jadi, mungkin wajar jika kita pernah mendengar ada sebuah negara yg mensyaratkan pendidik anak usia dini di pendidikan prasekolah minimal harus lulusan strata 1 yang lebih memahami seluk beluk pendidikan balita. Karena usia balita adalah masa emas (golden age) yang tidak akan berulang.

Sedangkan di lingkungan kita, anak usia balita diasuh oleh asisten rumah tangga lulusan SD, SMP, atau bahkan tidak terdidik. Bayangkan jika masa-masa emas anak diisi oleh orang yang tidak memahami pendidikan balita, atau bahkan orang yang sehari-harinya mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga sehingga tidak fokus dalam mendidik anak.

Ayah bunda yang baik dan membaikkan, sholih dan sholihah... .
Rebut masa emas anak kita, masa pembentukan karakter seumur hidup anak kita, karena di tangan mereka negeri yang subur ini akan diwariskan. Karena jika kita saksikan akhlak remaja saat ini, sungguh menyeramkan dan bahkan diluar logika manusia. Banyak sekali kasus kejahatan remaja kekinian yang tidak perlu kami sampaikan di laman ini.

Kalau ingin kita tarik ingatan kita sedikit ke belakang, remaja saat ini lahir di era milenium 2000 dimana arus modernisasi dan perbaikan kualitas ekonomi rumah tangga menyapa masyarakat bahkan para orang tua. Anak dikatakan gaptek jika tidak bisa main ponsel. Bahkan saat ini sudah biasa kita dengar atau bahkan kita melihat anak usia balita (TK) sdh dibelikan ponsel pintar dengan alasan biar tidak gagap teknologi.

Ayah bunda yg tercinta....
Tidak ada satupun anak yg lahir ke dunia ini untuk menjadi penjahat. Peran kita sebagai orang tualah yang menentukan baik buruk karakter anak. Tidak bijak rasanya jika ketikaketika anak berperilaku buruk, kita mulai menyalahkan temannya, lingkungannya, dan tontonannya, tanpa ada usaha untuk mendidik diri dan anak kita agar lebih dewasa.

Ayah bunda yang mulia...
Tidak ada kata terlambat. Mari peluk erat anak kita
Berikan stimulasi fisik dan psikis yang terbaik diusia pembentukan karakter anak agar menjadi generasi terbaik.

Jadikan diri kita baik terlebih dahulu sebelum menuntut anak untuk menjadi baik

Semangat meraih mimpi bersama anak kita.


*ditulis oleh Heryani Ismail